div.TabView div.Tabs { height: 24px; overflow: hidden; } div.TabView div.Tabs a { float: left; display: block; width: 90px; /* Lebar Menu Utama Atas */ text-align: center; height: 24px; /* Tinggi Menu Utama Atas */ padding-top: 3px; vertical-align: middle; border: 1px solid #000; /* Warna border Menu Atas */ border-bottom-width: 0; text-decoration: none; font-family: "Times New Roman", Serif; /* Font Menu Utama Atas */ font-weight: 900; color: #000; /* Warna Font Menu Utama Atas */ } div.TabView div.Tabs a:hover, div.TabView div.Tabs a.Active { background-color: #FF9900; /* Warna background Menu Utama Atas */ } div.TabView div.Pages { clear: both; border: 1px solid #6E6E6E; /* Warna border Kotak Utama */ overflow: hidden; background-color: #FF9900; /* Warna background Kotak Utama */ } div.TabView div.Pages div.Page { height: 100%; padding: 0px; overflow: hidden; } div.TabView div.Pages div.Page div.Pad { padding: 3px 5px; }

Pendidikan

Kamis, 08 September 2011

Model Pembelajaran Jigsaw


  1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a.       Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya (Kunandar 2009: 364). Metode Jigsaw dari Aronson merupakan metode Jigsaw orisinal. Slavin (2010: 245) mengemukakan bahwa “dalam Jigsaw orisinal, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya”. Misalnya tentang Indonesia, satu siswa mungkin saja memiliki informasi tentang ekonomi Indonesia, yang lainnya tentang geografinya, tentang sejarahnya, dan seterusnya. Untuk mengetahui segala sesuatu tentang Indonesia, siswa harus bergantung pada teman satu timnya. Dalam Jigsaw orisinal, siswa hanya membaca satu bagian dari seluruh unit yang harus dipelajari. Slavin (2010: 237) mengemukakan bahwa “bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu Jigsaw II”. Dalam penelitian, penulis menggunakan model pembelajaran koopreatif tipe Jigsaw II, yang merupakan bentuk adaptasi oleh Slavin. “Kelebihan dari Jigsaw II yaitu semua siswa membaca semua materi, yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami” (Slavin 2010: 245).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Menurut Subroto (http://tjiptosubroto.wordpress. com/2011/04/17) “tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang teridiri dari 5 atau 6 siswa. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, di mana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dari pokok-pokok materi”.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi kepada anggota kelompok yang lain. Lie dalam Nurman (http://nurmanspd. wordpress.com/2009/09/06) menegaskan bahwa “siswa saling tergantung satu sama lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Nurman dalam latar belakang masalah, bahwa karakteristik khusus Jigsaw yaitu adanya kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang heterogen, kelompok asal merupakan gabungan dari kelompok ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan untuk mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topik kemudian menjelaskan hasilnya kepada anggota kelompok asal.
Slavin (2010: 237) mengemukakan bahwa:
Dalam Jigsaw II para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut  diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu  dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali pada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka. Yang terakhir, para siswa menerima penilaian mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi skor tim.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota antara dengan siswa yang heterogen dan bertanggung jawab pada penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Pemilihan jumlah anggota dalam kelompok asal disesuaikan dengan jumlah sub bab yang akan dipelajari. Dalam teknik ini, siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengelola informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran teknik Jigsaw ini memberikan kebebasan bagi siswa untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui kerja sama dan saling ketergantungan satu sama lain. Dengan demikian, karakteristik Jigsaw di antaranya adalah pembelajaran yang berpusat pada anak, menekankan pada pembentukan kerjasama, dan adanya tim ahli dan tim asal.
b.      Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Slavin (2010: 241) menjelaskan Jigsaw II terdiri atas siklus regular dari kegiatan-kegiatan pengajaran:
Membaca. Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.
Diskusi kelompok ahli. Para siswa dengan keahlian yang sama, bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
Laporan tim. Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.
Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor perkembangan individual.

Kunandar (2009: 365) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut:
1)      Kelompok Cooperative (awal)
a)      Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil 3-6 siswa.
b)      Bagikan wacana atau tugas akademik yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
c)      Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya.
d)     Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana atau tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada di dalamnya.
2)      Kelompok Ahli
a)      Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana atau tugas yang sama dalam satu kelompok, sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.
b)      Dalam kelompok ahli ini, tugaskan siswa agar belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
c)      Tugaskan semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil wacana atau tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperative (kelompok awal).
d)     Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-masing siswa kembali ke kelompok cooperative (kelompok awal).
e)      Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli.
f)       Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi.
c.       Penilaian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Penilaian model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw sama dengan penilaian model pembelajaran kooperatif tipe STAD, seperti yang  dikemukakan oleh Slavin (2010: 244) bahwa “Perhitungan skor untuk Jigsaw sama dengan perhitungan STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin-poin kemajuan, dan prosedur pengitungan skor”. Uraian penghitungan skor dijelaskan sebagai berikut:
1)      Menentukan Skor Awal
Menurut Slavin (2010: 151) “skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Apabila guru memulai Jigsaw setelah guru memberikan tiga kali atau lebih kuis, gunakan rata-rata skor kuis siswa sebagai skor awal atau jika tidak, gunakan hasil nilai terakhir siswa dari tahun lalu”.
2)      Menghitung Skor Individual dan Tim
Menghitung skor individual dengan cara menghitung poin kemajuan. Para siswa mengumpulkan poin kemajuan untuk tim mereka berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka melampaui skor awal mereka. Menurut Slavin (2010: 159) “untuk mengetahui skor perkembangan individu dihitung poin perkembangan dengan pedoman sebagai berikut”:
Skor Kuis                                           Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal                         5
10-1 poin di bawah skor awal                                     10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal               20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal                           30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)    30

“Untuk menghitung skor tim, catatlah tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman im dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir, bulatkan semua pecahan” (Slavin, 2010: 160).
3)      Merekognisi prestasi Tim
Berdasarkan skor perkembangan yang diperoleh, Asma (2006: 91) mengemukakan “terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan, yaitu: 1) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, kriteria kelompok baik, 2) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, kriteria hebat, dan 3) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, kriteria kelompok super”.

2 komentar:

  1. thx for infonya:) sanggaaaattt bermanfaaatt:)

    BalasHapus
  2. daftar rujukan belum ditampilkan. jadi bingung cari sumber rujukannya

    BalasHapus